Oleh: admin | 20 November 2009

Karimunjawa, Pesona Keindahan Laut Jawa

Karimunjawa
Karimunjawa

Karimunjawa termasuk kepulauan indah yang ada di Indonesia yang terdapat di daerah Jepara. Karimunjawa termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yaitu di pesisir pantai utara Pulau Jawa. Kepulauan ini juga telah ditetapkan sebagai Taman Nasional. Hamparan pasir putih dan air yang jernih merupakan pemandangan yang akan Anda nikmati. Suasana alami, asri dan tenang masih sangat terasa dan akan membuat Anda merasa betah berlama-lama di sini.

Karimun berasal dari bahasa Jawa yaitu kremun yang artinya kabur atau samar-samar. Diberi nama tersebut karena kepulauan ini terlihat samar-samar dari Pulau Jawa yang disebabkan letaknya yang cukup jauh dari Pulau Jawa. Untuk mencapai Karimunjawa memakan waktu sekitar 4 sampai 6 jam dari daratan Pulau Jawa dengan menggunakan Kapal Motor Cepat dari Semarang atau Jepara. Rasanya, cocok dengan namanya, karena memang memakan waktu yang cukup lama untuk tiba di pulau ini.

Continue reading…

Oleh: admin | 4 November 2009

Pulau Umang

Pulau Umang Resort

Ingin berlibur di pulau berpasir putih dan nyaman? Pulau Umang mungkin bisa menjadi salah satu pilihan. Pulau ini terletak di sebelah selatan Ujungkulon, Banten. Untuk mencapai pulau ini Anda harus naik perahu yang telah disediakan. Perjalanan menggunakan perahu ini hanya sekitar 5 menit karena jaraknya yang memang tidak jauh. Pulau ini menyajikan hal-hal yang menarik untuk liburan kita.

Sambil menyusuri dermaga menuju pulau, kita akan melihat pasirnya yang putih dan birunya laut. Pemandangan pantai yang indah, sehingga tempat ini juga bisa dipakai dalam foto prewedding. Ketika sampai di lobby, Anda akan langsung disambut dengan minuman selamat datang yang berupa juice dan handuk basah yang segar. Sangat menyegarkan setelah harus melakukan perjalanan yang memakan waktu sekitar 5 jam dari Jakarta. Pengelola juga menyediakan transportasi dari Jakarta bila kita enggan menggunakan kendaraan sendiri.

Di pulau ini terdapat resort atau villa.  Suite tempat bermalam sangat nyaman.

Continue reading…

Oleh: admin | 1 November 2009

Pesona Telaga Sarawandori di Papua

Papua,oh Papua. Pulau bagian Timur Indonesia ini memiliki banyak keindahan yang tersembunyi. Selain Raja Ampat, ternyata ada satu lagi tempat yang bisa Anda kunjungi diwaktu libur panjang nanti.Telaga Sarawandori, bagai mutiara indah yang masih tersembunyi di Papua karena belum diketahui orang dari luar Papua. Pantai biru bercampur hijau. Keasriannya masih benar-benar asli, cantik tanpa dandanan prasarana apapun. Lautan yang biru bercampur dengan air tawar dari telaga.Telaga Sarawandori merupakan perpaduan air laut dan air tawar.

Warna airnya kehijauan sangat bening hingga bintang laut pun mudah untuk diambil. Rimbunnya hutan di tepi telaga, menjadi sangat sejuk dan asri. Perjalanan panjang yang sungguh menyenangkan, seperti berada di negeri dongeng.

Telaga berwarna biru dengan panorama yang sangat indah ini terletak di desa Sarawandori, sekitar 5 km dari kota Serui, ibukota kabupaten Yapen, Papua. Di sini dibangun sebuah objek wisata yang ramai dikunjungi oleh masyarakat kota Serui pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya. Selain sebagai objek wisata juga tersedia rumah-rumah untuk tempat istirahat melepas lelah sambil bermalam.

Obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Yapen Waropen di Serui. Jauh dari keramaian dan masih amat alami, akan membuat liburan Anda tidak akan terlupakan.
Telaga Sarawandori memang menyimpan potensi wisata bahari yang menarik wisatawan, karena telaga ini benar-benar masih “perawan” bening dan berwarna biru. Pemerintah Kabupaten Yapen membangun pondok-pondok istirahat dimana para pengusaha membuka rumah makan, restoran, kafetaria hingga karaoke.

Telaga yang diapit dua tanjung di bagian Barat Kota Serui itu pernah menjadi tempat persembunyian kapal perang tentara sekutu pimpinan AS ketika perang dunia ke-II melawan Jepang dimana pasukan sekutu dibawah komando McArthur membumi-hanguskan Kota Hiroshima dan Nagasaki.[zen]

Sumber: Kaskus/Rileks

Oleh: admin | 19 Oktober 2009

Green Canyon Pangandaran

Green Canyon adalah tempat yang tidak akan dilewatkan saat mengunjungi daerah Pangandaran. Hal ini tidak berlebihan karena tempat wisata ini menawarkan keunikan yang sulit didapat dari tempat wisata lainnya. Pemandangan indah dan keasrian ditawarkan di Green Canyon yang sebelumnya bernama Cukang Taneuh.

Green Canyon

Tempat wisata Green Canyon terletak di Desa Kertayasa, Ciamis, Jawa Barat, kurang lebih 31 km dari Pangandaran. Nama Green Canyon dikenalkan oleh wisatawan dari Prancis. Warna air sungai yang kehijauan mungkin menjadi alasan tempat ini disebut Green Canyon. Sedangkan nama sebelumnya, Cukang Taneuh berarti jembatan tanah karena adanya jembatan dengan lebar 3 meter dan panjang mencapai 40 meter yang menghubungkan antara Desa Kertayasa dengan Desa Batukaras.

Green Canyon Pangandaran

Sungai Cijulang

Yang menjadi tujuannya adalah terowongan menyerupai gua yang berada di bawah jembatan tanah yang dikenal dengan Gua Green Canyon. Untuk mencapai gua tersebut, Anda harus menyusuri sungai Cijulang menggunakan perahu yang disebut sebagai ketinting. Perahu ini hanya mampu ditumpangi oleh 5 penumpang. Harga sewa perahu atau ketinting sebesar Rp 75.000,- per perahu. Waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan yang dimulai dari dermaga Ciseureuh menuju gua kurang lebih 30 menit.

Di sisi aliran sungai Cijulang Anda dapat menikmati tebing bukit yang ditumbuhi hijaunya pepohonan yang rimbun dan bebatuan yang menghiasinya. Perjalanan tidak akan membosankan karena pemandangan yang indah dan santainya menikmati aliran sungai. Naik ketinting juga dapat menciptakan keunikan tersendiri, khususnya untuk anak-anak yang menyenangi air.

Saat hampir sampai, jalur akan menyempit sehingga perahu harus bergantian untuk memasuki jalur ini. Ada pula pengatur yang memberi arahan untuk para pengemudi perahu agar dapat melaju dengan tertib. Mendekati mulut gua, ketinting tidak dapat lagi untuk mengantarkan Anda dan rombongan karena jalur yang tidak mungkin dilalui.

Gua Green Canyon

Gua Green Canyon

Pemandangan yang indah menanti Anda setelah turun dari perahu. Anda dapat menikmati sisi gua yang kokoh dengan melihat stalagtit dan stalagmit yang masih meneteskan air. Air terus menerus dikeluarkan di tebing sehingga daerah ini disebut sebagai daeah hujan abadi. Anda juga dapat berenang dalam gua dengan menggunakan pelampung. Anda akan merasakan air yang terasa dingin dan menyegarkan. Pemandangan semakin cantik ketika menyaksikan air terjun Palatar yang terdapat dalam Gua Green Canyon. Berenang di air yang dingin sambil menikmati tebing-tebing tinggi dan melihat stalagtit dan stalagmit pasti merupakan pengalaman tersendiri yang tidak terlupakan.

Green Canyon atau Cukang Taneuh memang merupakan tempat wisata yang indah di daerah Pangandaran. Tetapi, bila Anda berniat mengunjungi tempat ini sebaiknya berkunjung pada musim kemarau karena pada musim ini, air sungai Cijulang berwarna hijau tosca. Sedangkan pada musim hujan, saat curah hujan tinggi, air sungai akan berwarna coklat. Selain itu pada musim hujan ada kemungkinan air sungai akan pasang atau aliran air sungai yang terlalu deras sehingga tempat ini ditutup untuk umum demi keselamatan pengunjung.

Sumber : kumpulan.info

Oleh: admin | 16 Oktober 2009

7 Pantai Terindah di Pulau Bali

Bali merupakan pariwisata yang diakui oleh Seluruh Dunia akan keindahan alam dan kekayaan budayanya yang sangat kental, pantai di Balipun merupakan salah satu dari 10 pantai terbaik di Dunia, dimana dan apa sajakah pantai terindah dibali ini?

Padang Bai

Pantai Padang Bai terletak di pelabuhan penyebrangan Bali – Lombok yaitu Padang Bai, pantainya cukup terjaga kebersihan dan keindahannya. Bagi pemancing dan para penyelam (diver) sangat suka dipantai ini. Karena biarpun bersebelahan dengan pelabuhan tetapi biota lautnya masih sangat terjaga dengan baik. Namun hati hati kalau mau menyelam disini, terkadang arusnya sangat kencang.

Pantai Legian dan Seminyak

Memang pantai yang terletak di utara pantai kuta mempunyai suasana yang sama dengan pantai Kuta, tetapi pantai di Legian dan Seminyak yang membedakan dengan pantai Kuta adalah kebersihan dan suasana yang tidak begitu ramai. Pantai legian dan seminyak ini merupakan tempat favorite memotret sunset saya, karena suasana sunset setiap harinya tidak pernah sama dan sangat unik.

Pantai Dreamland.

Pantai ini sangat disukai turis turis mancanegara, pasir putihnya membentang sangat luas. Dan karang karang besar memperindah pantai ini, salah satu pantai pasir putih di bali yang sangat indah dan eksotik. Hanya sayang akses ke tempat ini agak susah karena harus memasuki komplek perumahan mewah dan jalan yang sangat curam kebawah, agar berhati hati dikala musim hujan.

Pantai Sanur

Daerah sanur dan sekitarnya salah satu daerah wisata yang pertama berkembang di Bali, kita dapat merasakan suasana desa dengan kedamaian dibandingkan di daerah pantai yang lain. Semenjak direnovasi besar besaran Pantai sanur saat ini berubah menjadi pantai yang sangat cantik dan bersahabat. Banyaknya aktivitas dan resort2 yang berada didaerah sanur tersebut membuat Pantai Sanur salah satu pantai alternative yang layak dikunjungi.

Pantai Amed dan Tulamben

Pantai Amed dan Tulamben adalah pantai yang bersebelahan, hampir mirip karakter kedua pantai ini. Tetapi pantai amed masih sangat perawan dan tidak banyak turis domestic yang dating kesini. Pantai Tulamben sangat disenangi oleh para Diver yang ingin menyelam disini. Karena disini terdapat kapal perang US yang karam dan tidak terlalu dalam. Sehingga pantai ini adalah salah satu pantai yang eksotik dibali,

Pantai Lovina

Pantai yang terkenal yang terletak di utara pulau Bali, karakter pasir disini sedikit berbeda dipantai pantai bali lainnnya karena pasir hitamnya. Selain itu yang sangat terkenal di Pantai Lovina ini adalah setiap pagi kita bisa menyaksikan segerombolan Ikan Lumba – lumba yang bermain di pantai ini, untuk melihat lumba lumba ini kita bisa menyewa perahu nelayan yang bisa dipesan dihotel atau langsung ke nelayannya. Jangan lupa membawa lensa tele dan wide, karena bisa saja tiba tiba lumba lumba tersebut muncul disamping anda.

Pantai Candi Dasa

Disebelah timur Pulau Bali dan 2 perjalanan dari Denpasar anda akan menemui daerah wisata yang cukup dikenal yaitu candi Dasa, dan keindahan pantainya yang sangat memukau. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di pantai ini, salah satunya adalah snorkeling dan diving bisa anda lakukan disini.(Thanks To: Photo & Text by Barry Kusuma/http://alambudaya.blogspot.com)

Sumber : Rileks

Oleh: admin | 1 September 2009

Indahnya Pulau Jemur di Provinsi Riau

Pulau Jemur Milik Indonesia Bukan Malaysia

pulau jemurPantai Pulau Jemur Indonesia

Pulau Jemur adalah sebuah pulau milik Indonesia. Pulau ini terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau Jemur termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Letaknya sekitar 72,4 km dari Bagan Siapi-api dan 64,3 km dari Pelabuhan Klang di Malaysia. Pulau Jemur merupakan pulau terluas (2,5 ha) yang berada dalam gugusan Kepulauan Arwah yangterdiri dari 9 pulau. Pulau lainnya seperti Tokong Emas, Tokong Simbang dan Labuhan Bilik.

Kini, Sejumlah laman internet mencantumkan Pulau Jemur di Provinsi Riau sebagai bagian dari daerah tujuan pariwisata Negeri Selangor, Malaysia. Informasi mengenai penawaran Pulau Jemur sebagai daerah tujuan wisata tersebut dapat diakses di sejumlah situs pariwisata Travel Journal dan laman Osvaja.net yang menyebutkan bahwa Pulau Jemur sebagai destinasi wisata Negara Bagian Selangor, Malaysia.

Perkenalan saya dengan pulau jemur terjadi di dunia maya pada penghujung bulan April 2009 silam ketika saya ikut serta menuliskan sejumlah pulau di Indonesia dalam Wikipedia Indonesia; ensiklopedia online. Memang, saat itu, tidak terlalu banyak yang dapat saya gali tentang pulau yang secara astronomi berada di titik kordinat 2.52’.10” LU dan 100.34’ BT. Tidak mengherankan, karena tidak sedikit pulau-pulau di Indonesia yang bernasib sama, bahkan lebih parah; tidak dikenal.

Pulau Jemur terkenal dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai salah satu tempat tujuan bertelurnya penyu hijau. Perairan di sekitar pulau ini terkenal sebagai daerah penghasil ikan yang kaya dengan terumbu karang.

Selain itu Pulau Jemur juga mempunyai nilai historis lantaran selama Perang Dunia II, Jepang membangun pertahanan di pulau ini. Sisa-sisa peninggalan Jepang di Pulau Jemur di antaranya adalah Goa Jepang dan menara suar peninggalan Jepang. Juga terdapat Batu Panglima Layar.

Pulau Jemur tidak berpenghuni dan hanya menjadi tempat persinggahan bagi nelayan yang sedang melaut. Sebuah pos TNI-AL didirikan di pulau ini untuk kepentingan pengamatan dan navigasi..

Sumber :  Alamendah.wordpress.com

Oleh: admin | 7 Agustus 2009

Menapaki Mesjid Bersejarah Sunda Kelapa

Menyibak sejarah bangunan-bangunan kuno di Jakarta memang sangat menyenangkan. Salah satunya, Masjid Agung Sunda Kelapa di Jl Taman Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan ini merupakan masjid pertama yang menerapkan perpaduan antara ibadah, perekonomian, dan pendidikan. Konsep ini terinspirasi oleh fungsi masjid yang dikembangkan pada zaman Nabi beberapa abad silam. Dimana masjid menjadi pusat aktivitas ibadah dan sosial.

Perpaduan konsep ini terlihat dari sejumlah ruangan dan bangunan pendukung di areal seluas 9.920 meter persegi itu. Di antaranya, ruang ibadah utama, ruangan aula yang juga sebagai ruang dakwah, perpustakaan, kantor bagi para pengurus masjid, dan satu Rumah Sehat yang diperuntukan warga kurang mampu. Ruangan merepresentasikan kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan Rasulullah pada waktu itu.

Disamping itu, disain interior bangunan masjid ini juga kaya hiasan kaligrafi dari Timur Tengah. Salah satunya, berbentuk perahu sebagai makna simbolik kepasrahan seorang muslim saat duduk bersila dengan tangan menengadah. Sedangkan dari sisi luar, sejumlah bangunan masjid yang dibangun tahun 1971 ini terlihat unik. Misalkan, bangunan kubah dengan dihiasi batu marmer berwarna hijau berbentuk elips dan di seluruh dindingnya dihiasi kaligrafi berlafadzkan Allah.

Keindahan juga terpancar pada bagian bangunan utama yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Bangunan utama ini disanggah dengan 12 kayu dan dikelilingi hiasan kaligrafi. Secara umum gaya arsitektur yang diterapkan pada masjid ini mengikuti gaya yang berkembang pada masa itu. Berciri modern, praktis dan sederhana dalam memilih bentuk pintu, jendela, maupun asesoris. Ini bisa dilihat dari bentuk bangunan yang lebih mengandalkan struktur beton pada pilar, list-plang, dan atap.

Karenannya, tak heran jika bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 9.920 meter persegi ini menjadi bangunan cagar budaya golongan A. Untuk itu, secara hukum keberadaan bangunan ini dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta Perda Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan Bangunan Cagar Budaya.

Bangunan cagar budaya yang masuk golongan A merupakan bangunan yang keseluruhan bagiannya tidak boleh diubah dari bentuk aslinya. Dengan alasannya apapun, pemugaran tidak dibenarkan. Bila ada yang melanggar tentu akan ditindak sesuai ketentuan yang berlaku.

Masjid Sunda Kelapa mampu menampung 5.000 jemaah. Selain sebagai tempat ibadah, pengurus masjid juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan pembelajaran Islam.

Selain beberapa kegiatan rutin tersebut, di mesjid ini sering mengadakan kegiatan yang sifatnya internasional seperti kunjungan ke negara-negara Islam seperti Malaysia dan Brunai Darusalam. Namun tak jarang, Mesjid Sunda Kelapa juga mendapat kunjungan dari negara-negara Timur Tengah, Arab, Afrika yang melakukan studi banding.

Yang paling membanggakan dari masjid ini, yakni masjid ini telah berhasil meng-Islamkan ribuan orang terhitung sejak tahun 1971. Dan sekitar 20 persen diantaranya warga asing. Menurut keterangan petugas mesjid, rata-rata hampir dua orang perhari yang menjadi mualaf.

Jadi, bagi Anda yang ingin melakukan perjalanan spiritual didalam kota Jakarta silahkan ayunkan langkahmu ke Mesjid Sunda Kelapa yang penuh dengan simbol-simbol sejarah dunia Islam. (bj/yon/foto:rasfmjakarta/Rileks)

Oleh: admin | 5 Agustus 2009

Kembang Api Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau makin seksi ketika berstatus waspada. Pola letusannya bak kembang api raksasa. Indah dan menakjubkan. Semilir angin malam beraroma belerang bercampur abu vulkanik menerpa wajah. Sembari memicingkan mata dan menutup hidung, pandangan mata tetap lekat pada sosok hitam menjulang di samping perahu nelayan yang saya naiki. Selarik cahaya pucat bulan purnama di balik awal tebal tak sanggup menerangi kegelapan di perairan sekitar Pulau Anak Krakatau, Kalianda, Lampung.

Sesaat kemudian, pijaran lava merah menyala menyembur, diiringi suara gemuruh. Batuan cair panas berhamburan menyusuri lereng. Di pertengahan lereng, pijaran itu melemah, lalu padam. Dari pusat semburan, asap tebal bergulung-gulung mengangkasa, menutupi cahaya purnama. Letusan menakjubkan itu membuat saya terpana. Sehingga momen itu terlewat dari jepretan kamera digital saku yang sedari tadi tergenggam. Selang 15 menit kemudian, dentuman seperti meriam terdengar mengalahkan deru mesin perahu kayu. Percikan-percikan api berlompatan. Tiba-tiba cincin api besar menyeruak. Hanya sekejap, sebelum cincin itu meledak membentuk kembang api.

Decak kagum dan pujian pada kebesaran karya Tuhan langsung terlontar. Kebahagiaan juga membuncah di dada karena bisa menyaksikan kembang api alami terindah dalam jarak begitu dekat. Ketika itu, perahu berada sekitar setengah kilometer di sisi barat daya bibir pantai Anak Krakatau. Namun intensitas letusan yang makin kerap di malam hari membuat perahu kami tak diizinkan berlabuh di pesisir gunung setinggi 305 meter itu. “Kalian hanya boleh mengelilingi Anak Krakatau. Kalau mau bersandar dan kemping, bisa di Pulau Rakata, Pulau Panjang, atau Pulau Sertung,” ujar Ahyar, petugas Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Cagar Alam Kepulauan Krakatau, yang ikut serta dalam pelayaran.

Jadi, setelah mengelilingi separuh Anak Krakatau, perahu berbelok ke selatan menuju Rakata. Menjelang pukul 21.00 WIB, perahu mungil ini sampai di pantai Rakata. Karena tak ada dermaga, kami harus meloncat dari atas perahu. Ahyar mengingatkan untuk hati-hati agar tak terpeleset. Sebab perahu terus bergoyang disapu pasang naik, sehingga mengganggu keseimbangan pada saat akan meloncat. Perahu nelayan tanpa atap itu saya sewa bersama tiga backpacker lain dari Pulau Sebesi, Lampung. Pulau ini berada 36 kilometer di sisi timur laut Anak Krakatau. Inilah pulau berpenghuni terdekat dari Kepulauan Krakatau.

Di Pantai Rakata, terlihat dua tenda dan sekelompok wisatawan asing. Alunan lagu-lagu pop Barat terdengar dari arah tenda yang diterangi lampu petromaks. Para turis tampak asyik mengabadikan letusan Anak Krakatau yang berlangsung dengan interval 10-15 menit.

Letusan Anak Krakatau terlihat jelas dari Rakata, karena posisi kepundan terletak di sisi selatan, beberapa puluh meter dari puncak gunung. Jarak empat kilometer antara Rakata dan Anak Krakatau membuat pengamatan tergolong aman. Dua teman saya, Maruli dan Jhon, segera mencari posisi nyaman untuk memotret. Maklum, sejak berangkat, mereka bertekad untuk menangkap momen-momen indah letusan Anak Krakatau dengan kamera SLR. Niat ini belum bisa terlaksana ketika berperahu karena terkendala guncangan.

Saya dan Erwien memilih lesehan di pantai, menikmati letusan. Kegelapan malam membuat kamera digital saku kami tak berdaya untuk memotret keindahan kembang api Anak Krakatau. Tak lama kemudian, Maruli ikut bergabung. Kamera berlensa tele miliknya ternyata rusak karena terendam air ketika melompat turun tadi. Semakin malam, letusan makin sering. Pola pijar letusan beraneka rupa. Dari pola mercon air mancur, bola api raksasa, hingga letupan kecil ritmik. Ketinggian letusan ada yang mencapai 300 meter. Setiap letusan diiringi suara menggelegar yang menimbulkan gema di Rakata.

Data di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan aktivitas sejak awal Maret lalu. Selama dua pertiga bulan Maret, gempa vulkanik tercatat dua kali hingga enam kali sehari. Lalu meningkat menjadi 68 kali gempa vulkanik per hari. Ditambah 175 kali letusan per hari selama lima hari di penghujung Maret. Catatan serupa masih bertahan ketika saya berkunjung pada long weekend, dua pekan lalu. Sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih menetapkan status “waspada” untuk Anak Krakatau sepanjang April ini. Status ini berarti larangan mendekat hingga radius satu kilometer dari kawah Anak Krakatau.

Gunung yang muncul dari kaldera Krakatau yang meletus dahsyat pada 27 Agustus 1883 itu memang sudah lama menjadi perhatian vulkanolog dunia. Sejak muncul ke permukaan laut pada 1927, Anak Krakatau bertambah tinggi 5 meter per tahun. Pada saat ini, panjang gunung itu mencapai 2 kilometer dan tinggi 305 meter. Sedangkan ketinggian sang ibu sebelum meletus adalah 813 meter. Pertumbuhan cepat sang anak ini, ditambah dengan peningkatan aktivitas, membuat beberapa vulkanolog memprediksi, Anak Krakatau bakal meletus hebat antara tahun 2015 dan 2083.

Bagi banyak turis asing dan lokal, status waspada itu membuat Anak Krakatau makin seksi, terutama sebagai objek foto. Selain wisata malam, banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Kepulauan Krakatau. Mulai trekking, kemping, snorkeling, diving, memancing, hingga melihat lumba-lumba. Semua wisatawan yang datang ke Krakatau harus mendapat izin dari BKSDA.

Namun mencapai Cagar Alam Krakatau tidaklah semudah mencapai daerah wisata lain di daratan. Rute paling populer adalah lewat pesisir barat Banten, dari Anyer hingga Labuan. Hampir semua resor di kawasan ini punya paket wisata ke Krakatau. Harga paket per orang bervariasi, Rp 750.000 hingga Rp 2,5 juta, tergantung jenis kapal, durasi, dan jumlah peserta.

Rute lain, lewat Lampung. Meski lebih panjang (bila dihitung dari Jakarta), rute ini lebih ramah di kantong sehingga menjadi rute favorit kaum backpacker. Jika pergi berombongan 10 orang, total biaya bisa ditekan menjadi Rp 350.000 per orang untuk dua hari. Caranya? Dari Pelabuhan Bakauheni naik angkot ke Pasar Kalianda seharga Rp 12.000. Lalu berganti dengan angkot ke Pelabuhan Canti bertarif Rp 5.000. Dari sini menyeberang ke Pulau Sebesi, naik kapal penumpang bertarif Rp 15.000 dengan waktu tempuh satu setengah jam.

Di Sebesi, Anda bisa mencari kapal nelayan untuk disewa seharian ke Krakatau. Harganya Rp 600.000-Rp 1,5 juta, tergantung kapasitas dan jenis kapal. Ada kapal jukung berkapasitas empat orang, kapal klotok (seperti yang kami sewa) berkapasitas enam orang, atau kapal kayu berkapasitas 40 orang. Hanya, tak tersedia pilihan kapal boat seperti di Banten.

Waktu tempuh kapal klotok ke Anak Krakatau sekitar dua jam bila cuaca bagus. Tapi, jika ombak tinggi, angin kencang, dan hujan, waktu tempuhnya bisa molor menjadi tiga setengah jam. Cuaca tak bersahabat inilah yang terjadi ketika kami pulang dari Krakatau. Untunglah, perahu mungil itu akhirnya berlabuh dengan selamat di dermaga Pulau Sebesi pada pukul 02.25 WIB.

Oleh-oleh dari  Astari Yanuarti
Foto-foto:  Jhon Erickson G

*Artikel ini dimuat di Gatra, No. 24/XV, 23-29 April 2009

Sumber : Rileks

Oleh: admin | 4 Agustus 2009

Pesona Magnet Granit Raksasa

Diantara belahan granit raksasa

The Most Beautiful Places You Must Visit

Tebaran batu-batu granit super besar hingga ke tengah laut menjadi daya pikat utama Pulau Belitung. Ditambah dengan bonus pasir putih, air laut sebening kristal, dan budaya nelayan tradisional. Kelegaan terlihat jelas di wajah puluhan penumpang Kapal Express Bahari ketika berlabuh dengan selamat di Pelabuhan Tanjung Pandan, ibukota Belitung. Dengan tertib, satu per satu penumpang antri keluar kapal melalui pintu di geladak teratas. Kami harus melalui pintu berukuran mini ini karena air di dermaga sedang surut.

Sore itu, kapal cepat yang kami naiki dari Pangkal Pinang, Bangka, menjadi satu-satunya kapal yang bersandar. Tak heran jika suasana pelabuhan mungil yang ada di sisi barat Pulau Belitung nyaris sepi. Hanya ada segelintir porter. Mereka pun terlihat tenang, tidak ribut menawarkan jasa seperti lazimnya di pelabuhan lain.

Sedikit keriuhan baru terasa saat berjalan menyusuri selasar keluar gedung pelabuhan. Beberapa tukang ojek datang menghampiri dan menanyakan tempat tujuan. Sembari tersenyum simpul, saya melambaikan tangan menolak tawaran mereka. Karena Hotel Martani yang saya tuju hanya berjarak 200 meter dari pintu gerbang pelabuhan.

Hotel dengan jumlah kamar terbanyak di Belitung ini saya pilih berdasar rekomendasi dari beberapa teman sesama backpacker. Lokasinya tak jauh dari pusat kota Tanjung Pandan. Harga sewa kamar per malam juga ramah di kantong. Hanya Rp 108 ribu untuk kamar standar single dan Rp 285 ribu untuk kamar VIP.

Dalam perjalanan menuju hotel, saya melewati sebuah klenteng cantik berhias puluhan lampion merah. Belasan orang tampak hilir mudik di halaman klenteng. Rupanya mereka tengah menyiapkan upacara perayaan Cap Go Meh ( hari kelima belas dalam bulan pertama kalender China). Seperti di Bangka, sekitar sepertiga warga Belitung adalah warga keturunan Tionghoa.

Niat ingin menonton perayaan nanti malam sudah terbersit saat melintasi klenteng. Sayang, terkalahkan oleh rasa kantuk dan lelah. Maklum, perlayaran empat jam dari Pangkal Pinang ke Tanjung Pandan tak berlangsung mulus. Tiupan angin kencang plus hempasan ombak tinggi membuat kapal sering berguncang keras selama berada di laut lepas.

Alhasil sebagian besar penumpang mabuk laut berkali-kali. Untunglah saya tidak kena sindrom ini. “Anda juga beruntung karena kapal jadi berangkat dan berlabuh dengan selamat. Sebulan ini kapal lebih sering batal berangkat karena gelombang tinggi,” ujar resepsionis Hotel Martani saat menyerahkan kunci kamar.

Cuaca buruk memang lebih sering mewarnai hari-hari pada musim angin barat seperti di bulan Februari saat saya berkunjung ke Belitung. Jadi, hanya segelintir turis ‘nekat’ yang singgah untuk menikmati keindahan deretan batu-batu granit super besar di sepanjang pantai pulau penghasil timah ini.

Meski perjalanan diawali dengan kondisi laut yang tak bersahabat, namun keyakinan (tentu saja disertai doa ) bahwa cuaca akan cerah ceria selama berwisata di Belitung, tetap tertanam kuat. Ternyata, Tuhan mendengar doa ini. Pancaran terik sinar matahari dan langit biru menghiasi dua hari perjalanan di Belitung. Inilah dua syarat utama untuk menyerap keindahan kemilau air laut dan hamparan pasir putih di sela-sela serakan bebatuan granit raksasa berwarna terang.

Keesokan paginya, dengan semangat terpompa penuh, penjelajahan dimulai menggunakan paket sewa sepeda motor plus guide. Untuk pejalan tunggal pilihan ini lebih ekonomis daripada sewa mobil kijang plus sopir yang tarifnya Rp 420 ribu per hari. Sewa motor dengan pengemudi merangkap pemandu per hari hanya Rp 130 ribu.

Bisnis rental mobil/motor menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata Belitung. Karena di pulau seluas 4.800 kilometer persegi ( tiga perempat luas pulau Bali) ini, belum ada angkutan umum yang memadai. Mobil/motor sewaan jadi andalan para turis untuk mengunjungi belasan pantai dan obyek wisata yang tersebar di pulau berpenduduk 300 ribu-an jiwa ini. Syukurlah, kondisi jalanan di Belitung, mulus. Sehingga semua tempat wisata tadi bisa dicapai paling lama dua jam dari Tanjung Pandan. (Oleh-oleh Astari Yanuarti saat backpacker ke Belitung/foto-foto: Astari Yanuarti/Rileks)

Oleh: admin | 21 Juli 2009

Melihat Surga dikala senja di Tanah Lot

Setiba di Tanah Lot, kami pergunakan untuk menyelesaikan dan mengoreksi jawaban-jawaban misi TRESURE HUNT di 4 pos yang kami lewati. Dan tentu saja kami tidak mau terus berkutat pada misi ini, karena keindahan Tanah Lot terlalu kuat bagi kami untuk tidak mengekplorasinya.

Garis batas horizon yang membentang tegas antara batas langit dan bumi memancar eksotik oleh keindahan mahakarya sunset yang kami saksikan dari atas ketinggian batu karang restoran Melasti di Tanah Lot. Moment terbaik yang pernah ada di dunia ini menyempurnakan makan malam kami dengan hidangan menu full seafood barbeque: sate cumi, udang, lobster, kerang , kakap bakar, dan es kelapa muda.

Menurut Bli Bagus sang pemandu kami, Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan, yaitu pura-pura yang merupakan sendi-sendi Pulau Bali. Dan Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.

Konon berdasarkan legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa, Sanghyang Nirantha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Sanghyang Nirantha.

Bendesa Beraben menyuruh Sanghyang Nirantha untuk meninggalkan Tanah Lot. Nirantha menyanggupinya dan sebelum meninggalkan Tanah Lot ia dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana.

Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben akhirnya menjadi pengikut Sanghyang Nirantha.

Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan, melengkung. Apabila turun ke pantai antara Pura Tanah Lot dengan tebing, maka pada bulan tertentu akan dapat disaksikan sunset terdahsyat. Bola matahari yang berwarna merah akan tepat berada di lobang tebing. Seperti mata yang lelah memandang dunia. Sayangnya pemandangan ini cuman ada pada bulan-bulan tertentu yaitu saat matahari tenggelam condong ke utara.

Puas menyaksikan keindahan Tanah lot kami kembali ke Hotel di Nusa Dua untuk menyerahkan laptop kami masing-masing yang sudah berisi lengkap misi TREASURE HUNT (Rileks.com)

Older Posts »

Kategori